4 Cara Menghitung Elastisitas Permintaan, Contoh Soal

Uinsuka.ac.id – Ada berbagai jenis istilah dalam dunia perekonomian yang wajib diketahui oleh sebagian orang, dan salah satunya adalah elastisitas permintaan. Mulai dari pengertian, jenis, hingga cara menghitung elastisitas permintaan wajib diketahui oleh banyak orang, karena hal ini memiliki fungsi yang penting.

Pada dasarnya, suatu permintaan dapat ditentukan oleh berbagai jenis faktor, tak terkecuali harga. Naik dan turunnya harga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap jumlah permintaan. Untuk itu, mari kita mengenal secara lebih dalam mengenai apa itu elastisitas permintaan.

Pengertian Elastisitas Permintaan

Untuk lebih memahami tentang bagaimana cara menghitung elastisitas permintaan dengan baik, kamu perlu memahami tentang pengertiannya terlebih dahulu. Elastisitas permintaan merupakan alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat kepekaan konsumen dalam menanggapi perubahan.

Perubahan di sini merujuk pada jumlah permintaan saat terjadi perubahan harga barang. Umumnya, elastisitas permintaan dapat terjadi pada suatu substitusi maupun komoditas. Jadi, istilah ini dapat diibaratkan sebagai gambaran perubahan jumlah permintaan barang atas harga yang berubah.

Sementara untuk barang yang jumlah permintaannya tidak mendapatkan pengaruh yang besar terhadap perubahan harga, maka barang tersebut dapat dikatakan sebagai produk yang tidak elastis. Dengan begitu, bisa dipastikan bahwa tidak semua barang dapat mengalami elastisitas permintaan.

Jenis-jenis Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan dapat dibagi menjadi 5 jenis yang berbeda, sehingga kamu harus memahaminya secara satu per satu. Selain itu, ada berbagai jenis faktor juga yang dapat mempengaruhi elastisitas permintaan, yaitu intensitas kebutuhan, jumlah penggunaan barang, dan lain sebagainya.

Baca Juga:  Cara Menghitung Persentase Brondolan

Pendapatan seseorang juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan, karena semakin tinggi pendapatan, hal ini dapat membuat jumlah barang yang dibeli semakin meningkat. Untuk lebih memahami tentang hal ini, berikut kami bagikan penjelasan mengenai jenis-jenisnya:

1. Inelastis

Jenis elastisitas permintaan ini memiliki nilai koefisien yang di bawah angka 1. Sebab, perubahan jumlah permintaan ini tidak berpengaruh terhadap perubahan harga yang signifikan. Jenis elastisitas permintaan ini memiliki karakteristik yang berbeda dibanding jenis-jenis lainnya.

2. Elastis

Berbanding terbalik dengan jenis yang sebelumnya, untuk elastis sendiri merupakan suatu koefisien elastisitas permintaan dengan acuan besaran nilai koefisien yang ada.

Barang yang memiliki nilai koefisien persentase perubahan jumlah barang dengan perubahan harga lebih dari 1 dapat dikatakan sebagai barang elastis.

3. Elastis Uniter

Istilah uniter dalam jenis elastisitas permintaan ini memiliki arti sama, sehingga jenis yang satu ini digambarkan ketika perubahan barang yang ditawarkan menghasilkan persentase perubahan harga yang sama. Dengan begitu, nilai koefisiennya sama dengan 1.

4. Elastis Sempurna

Tidak semua barang dapat dikategorikan sebagai elastis sempurna, karena elastis sempurna hanya akan terjadi ketika ada perubahan signifikan pada barang yang ditawarkan. Jadi, perubahan yang terjadi itu tidak dipengaruhi oleh harga tetap.

5. Inelastis Sempurna

Inelastis sempurna adalah jenis elastisitas yang tidak memiliki pengaruh atas terjadinya perubahan harga. Ketika barang mengalami perubahan harga, hal ini tidak dapat mengubah jumlah barang yang akan dibeli oleh para konsumen.

Cara Menghitung Elastisitas Permintaan dengan Mudah

Untuk menghitung elastisitas permintaan dengan benar, kamu perlu mengetahui rumusnya dengan baik. Meski terkesan sederhana, tapi rumus elastisitas permintaan ini dipenuhi oleh beberapa istilah yang masih terdengar asing bagi sebagian orang, dan rumus yang dimaksud adalah:

  • Koefisien = Persentase perubahan jumlah permintaan / persentase perubahan harga
  • Ed = ∆Q/∆P x P/Q

Seperti yang kamu lihat pada rumus tersebut, ada beberapa jenis istilah di dalamnya yang masih terdengar asing bagi orang awam. Untuk itu, di sini kami juga akan membagikan arti dari setiap istilah tersebut, yaitu:

  • Ed: Koefisien elastisitas permintaan
  • ∆Q: Perubahan jumlah permintaan
  • ∆P: Perubahan harga
  • P: Harga awal
  • Q: Jumlah permintaan awal
Baca Juga:  4 Cara Menghitung kWH Listrik dan Biaya Listrik 2024

Istilah-istilah ini harus dipahami dengan sebaik mungkin, agar proses perhitungan elastisitas permintaan bisa mendapatkan hasil yang akurat.

Contoh Soal Cara Menghitung Elastisitas Permintaan beserta Jawabannya

Jika dibandingkan dengan elastisitas penawaran, elastisitas permintaan lebih berfokus pada perubahan permintaan, karena terjadi perubahan harga di beberapa waktu tertentu. Maka dari itu, untuk lebih memahami rumus elastisitas permintaan, simak dengan baik contoh soalnya berikut ini:

1. Contoh Pertama

Jumlah permintaan konsumen terhadap suatu barang mencapai 60 unit dengan harga yang sebesar Rp1.000,- per unitnya. Kemudian, tak lama setelah itu terjadi kenaikan biaya angkut yang membuat harganya naik menjadi Rp2.000,- per unit.

Dengan adanya perubahan harga tersebut, membuat jumlah permintaannya pun berkurang menjadi 50 unit. Lalu, berapa elastisitas permintaan dari harga barang tersebut?

  • P1 = 1.000
  • Q1 = 60
  • P2 = 2.000
  • Q1 = 50
  • ∆P = +1.000
  • ∆Q = -10%
  • P % Q ∆
  • ∆E = (2.000 – 1.000) / 1.000 = 1
  • (50 – 60) / 60

Karena nilai elastisitas dari jumlah permintaan ini sama dengan 1, jadi permintaan ini dapat dikategorikan sebagai elastis uniter.

2. Contoh Kedua

Jumlah permintaan daging ayam meningkat menjadi 50 kg yang awalnya hanya 30 kg. Meski begitu, harga daging ayam masih stabil yakni Rp30.000,- per kg. Lantas, berapa tingkat elastisitas permintaan dari daging ayam ini?

  • ∆Q = 50 kg – 30 kg = 20 kg
  • ∆P = 0
  • P = 30.000
  • Q = 30
  • Ed = (∆Q/∆P) x (P/Q)
  • Ed = (30/0) x (30.000/30)
  • Ed = ~ x 1.000
  • Ed = ~
Baca Juga:  2 Cara Menghitung FCR Ayam Broiler, Rumus, Contoh

Karena semua yang dibagi dengan angka 0 akan dianggap sebagai tak terhingga, maka tingkat elastisitas permintaan produk ini adalah tak terhingga.

3. Contoh Ketiga

Ada perubahan harga apel di pasaran yang semula Rp25.000,- per kg menjadi Rp20.000,-. Sementara untuk jumlah permintaannya sendiri meningkat menjadi 400 kg yang semula hanya 200 kg. Lalu, berapa tingkat elastisitas permintaan dari buah apel ini?

  • P = 25.000
  • Q = 200
  • ∆Q = 400 kg – 200 kg = 200 kg
  • ∆P = 25.000 – 20.000 = 5.000
  • Ed = (∆Q/∆P) x (P/Q)
  • Ed = (200/5.000) x (25.000/200)
  • Ed = 5

4. Contoh Keempat

Saat ini semakin ada banyak remaja yang memiliki kebiasaan merokok, dan hal ini membuat harga rokok meningkat 10% per bungkusnya. Namun, perubahan harga yang cukup besar ini membuat tingkat merokok pada remaja menurun hingga 9%.

Dengan melihat perubahan harga dan perubahan jumlah permintaan yang telah disebutkan di atas, maka tingkat elastisitas permintaannya bisa dihitung dengan menggunakan cara:

  • Ed = -9% / 10% = -0,9%

Cara menghitung elastisitas permintaan tidak hanya wajib diketahui oleh para pelaku usaha saja, tapi juga masyarakat umum lainnya. Biasanya, penjelasan terkait elastisitas permintaan sudah diajarkan pada saat duduk di bangku sekolah.

Namun, tidak sedikit orang yang sudah lupa dengan penjelasan tersebut. Maka dari itu, kamu bisa memahami penjelasan di atas untuk mengingat kembali materi tersebut.

Baca Juga: