2 Cara Menghitung Zakat Pertanian dan Ketentuan

Uinsuka.ac.id – Menurut pendapat beberapa ulama, pertanian menjadi soko guru kekayaan masyarakat atau awal sebuah kekayaan tersebut berasal dari pertanian. Maka dari itu, hasil pertanian wajib untuk dizakatkan bila sudah mencapai nisab. Bagaimana cara menghitung zakat pertanian?

Hal ini belum banyak masyarakat yang memahaminya. Pada dasarnya zakat pertanian sendiri merupakan salah satu jenis zakat yang dikeluarkan oleh seseorang yang memiliki profesi di bidang pertanian. Lebih tepatnya, zakat ini diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai lahan perkebunan atau sawah.

Apa itu Zakat Pertanian?

Definisi zakat pertanian telah dijelaskan diatas, yakni zakat yang wajib dikeluarkan oleh orang yang mempunyai usaha pertanian. Penting sekali bagi muzakki untuk mengenal lebih detail tentang zakat pertanian.

Tujuan utama memahami zakat pertanian ialah supaya muzakki mengetahui tentang ketentuan mengeluarkan zakat. Dengan pahamnya berbagai ketentuan mengeluarkan zakat dari hasil tani, maka zakat dapat dilakukan dengan benar dan sah.

Islam telah mengatur sedemikian rupa mengenai bagaimana cara dan kadar zakat pertanian. Bukan berarti yang dizakatkan ialah lahan pertanian, melainkan hasil panen pada setiap periode. Pada dasarnya harta yang dizakatkan harus bisa digunakan atau dinikmati oleh pihak penerima.

Beberapa contoh objek yang dizakatkan dari hasil pertanian di antaranya ialah beras, buah, biji-bijian, sayuran, dan lain sebagainya. Terdapat dua macam zakat pertanian, yakni pertanian yang diairi dengan hujan dan pertanian yang diairi dengan metode irigasi.

Cara menghitung zakat pertanian dari kedua jenis tersebut tentu mempunyai perbedaan. Selain itu, waktu yang digunakan untuk mengeluarkan zakat tersebut pun berbeda sesuai dari ketentuan jenis zakat lainnya. Zakat pertanian tidak harus dikeluarkan ketika sudah mencapai haul.

Baca Juga:  2 Cara Menghitung Bunga Pinjaman, Jenis, Contoh

Akan tetapi, zakat pertanian akan dikeluarkan ketika sudah memenuhi nisab. Dengan demikian, zakat pertanian akan dikeluarkan pada setiap kali panen.

Ketentuan Zakat Pertanian

Kini kamu sudah paham mengenai zakat pertanian. Selanjutnya penting untuk mengenal berbagai ketentuan zakat pertanian. Zakat harta pertanian mempunyai berbagai ketentuan yang membuatnya berbeda dengan zakat harta lainnya.

Berikut beberapa ketentuan zakat pertanian yang harus kamu ketahui:

1. Waktu Pengeluaran

Pada umumnya zakat harta lain akan dikeluarkan pada saat sudah mencapai haul dan nishab. Akan tetapi, khusus zakat pertanian akan dikeluarkan pada saat masa panen. Pembayaran pajak tetap akan menggunakan ketentuan dimana harus mencapai nishab terlebih dahulu.

Maka dari itu dapat dikatakan bahwa tidak semua petani wajib mengeluarkan zakat hartanya. Jika petani dalam masa panen tidak mencapai nishab, maka kewajiban membayar zakat akan gugur. Dengan demikian, tidak ada ketentuan pada waktu tertentu dalam pembayaran zakat pertanian.

2. Mencapai Nishab

Ketentuan selanjutnya pada zakat pertanian ialah ketika sudah mencapai nishabnya harus dibayarkan. Dengan demikian, zakat pertanian wajib dibayarkan meskipun belum mencapai haul. Ketentuan yang satu cukup berbeda dengan ketentuan zakat harta lainnya.

Nishab zakat pertanian untuk padi ialah ketika hasil panen mencapai 653 kg. Sedangkan untuk hasil pertanian makanan pokok lainnya ialah saat mencapai 520 kg. Besar nashab tersebut sudah merupakan konversi dari 5 wasaq.

Perhitungan nishab 5 waqaf tersebut sudah sesuai dengan syariat yang ditentukan. Jika hasil panen tidak mencapai nishab tersebut, maka petani tidak wajib membayarkan zakat.

3. Kadar Zakat

Kadar zakat akan mempengaruhi cara menghitung zakat pertanian. Dimana kadar zakat akan berbeda tergantung pada jenis zakat pertanian yang sudah dijelaskan sebelumnya. Zakat pertanian dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan metode pengairan yang dilakukan.

Baca Juga:  2 Cara Menghitung Kehamilan Setelah Haid 100% Akurat

Metode yang pertama ialah metode irigasi yang artinya petani menyediakan air sendiri. Petani yang menggunakan metode irigasi akan dikenakan kadar zat sebesar 5%. Sedangkan untuk metode pengairan dari sumber alami seperti mata air, hujan, dan sungai akan dikenakan kadar yang lebih besar.

Dimana kadar zakat untuk metode pengairan dari sumber alami ialah sebesar 10%. Alasan mengapa kedua kadar tersebut berbeda ialah karena biaya yang dikeluarkan oleh sang petani berbeda juga.

Islam memang menganjurkan untuk membayar zakat tetapi masih mengutamakan kesejahteraan petani. Perhitungan besar zakat pertanian dapat dilakukan dengan cara mengalikan antara hasil panen dengan kadar zakat.

Adapun lahan pertanian yang menggunakan kedua metode pengairan sekaligus, yakni irigasi dan sumber alami. Menurut pendapat Imam Az Zarqani, maka dalam hal ini pembayaran zakat dapat dilakukan dengan menggunakan kadar sebesar 7,5% dari hasil panen yang berhasil diperoleh.

4. Hasil Pertanian Harus Bisa Dinikmati dan Disimpan

Tidak semua jenis pertanian menghasilkan panen yang dapat dijadikan sebagai zakat. Dimana petani yang wajib membayar zakat ialah petani yang menanam tanaman berupa makanan pokok. Dengan kata lain, sebagai salah satu ketentuan zakat hasil panen harus bisa disimpan dan dinikmati.

Perlu kamu ketahui bahwa tanaman yang dijadikan sebagai makanan pokok tidak hanya padi, melainkan ada jagung, biji-bijian, kurma, dan lain sebagainya. Sedangkan hasil pertanian yang termasuk bukan makanan pokok ialah sayur-sayuran dan buah selain kurma.

Cara Menghitung Zakat Pertanian

Perhitungan zakat pertanian sangat mudah dan dapat dilakukan oleh semua orang. Dimana rumus yang digunakan ialah total hasil pertanian x kadar zakat. Supaya kamu lebih paham mengenai bagaimana cara menghitung zakat harta pertanian, maka perhatikan contoh soal zakat pertanian berikut:

Baca Juga:  Cara Menghitung Angsuran Per Bulan Cicilan dengan Bunga

1. Contoh 1

Terdapat sebuah pertanian padi yang mempunyai metode pengairan berupa air hujan. Pada saat panen pertanian tersebut menghasilkan padi sebanyak 4 ton. Sedangkan nisab yang ditentukan dari zakat harta ini ialah 653 kg.

Pertanian tersebut sudah memenuhi nisab sehingga wajib membayarkan zakat. Tentukan berapa yang harus dibayarkan oleh pemilik pertanian sebagai zakat!

Penyelesaian:

  • Hasil panen = 4 ton = 4000 kg
  • Kadar zat = 10% (hal ini dikarenakan menggunakan pengairan dari air hujan)
  • Zakat yang harus dikeluarkan = 4000 x 10% = 400 kg

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa zakat yang harus dibayarkan ialah sebanyak 400 kg padi. Jika ingin dibayarkan dengan menggunakan uang, maka dapat dikalkulasi sendiri berdasarkan harga padi yang sedang beredar di pasaran.

2. Contoh 2

Cahya mempunyai lahan perkebunan dengan luas 2 hektar. Cahya memutuskan untuk menanami lahan tersebut dengan padi secara keseluruhan. Metode pengairan yang digunakan oleh Cahya ialah dengan irigasi.

Dimana dalam pengairan irigasi ini ia harus mengeluarkan biaya mencapai Rp5 juta. Pada saat panen Cahya berhasil memperoleh beras sebanyak 10 ton. Tentukan berapa jumlah zakat yang harus dibayarkan oleh Cahya!

Penyelesaian:

  • Hasil panen = 10 ton = 10.000 kg (nishabnya ialah 653 kg)
  • Kadar zakat = 5% (disebabkan memakai metode irigasi)
  • Zakat yang harus dikeluarkan = 10.000 x 5% = 500 kg

Zakat pertanian merupakan jenis zakat harta yang dikeluarkan oleh pelaku usaha pertanian. Ketentuan zakat pertanian mempunyai perbedaan yang sangat signifikan dengan ketentuan zakat lainnya. Kadar zakat menjadi hal yang sangat mempengaruhi cara menghitung zakat pertanian.

Baca Juga: